Journal 2014 - # 734

Salam perpaduan salam perjuangan!

1 MEI 2014

Kepada seluruh warga Malaysia yang bekerja selamat menyambut Hari Pekerja dan selamat bercuti!! ^_^

Journal 2014 - # 733

Salam perpaduan salam perjuangan!

Janji Allah Itu Pasti

“ Tiada kata yang dapat dilafazkan dengan kata-kata apabila DIA memberi sesuatu yang kita sendiri tidak pernah menyangka. Tidak pernah terfikir, tidak pernah bermimpi apatah lagi terlintas di hati. Betapa kurniaan-Nya terasa nikmat tidak terperi, maka diri terus sujud mengagungkan kebesaran kuasa Ilahi… Sesungguhnya, janji Allah adalah pasti, buat hati yang terus meyakini tanpa rasa ragu-ragu lagi…!”
Ucapan di atas bukanlah sebuah retorik.

Tiada perkataan yang tepat untuk digambarkan perasaan itu, sebuah perasaan rasa bahagia yang tidak
terhingga apabila DIA mencurahkan nikmat kurniaan kepada hamba-hamba pilihan-Nya.

Kadang-kadang kita merasakan sesuatu hal itu sangat mustahil untuk kita menggapainya, namun tiba-tiba Allah menjadikan ia kenyataan. Diri terasa di awangan, apakah ia mimpi atau sekadar sebuah khayalan?

Tidak. Ia bukan khayalan lagi, kerana telah terbukti kekuasaan-Nya yang berhak membuat sesuatu yang mustahil kita rasakan itu menjadi sebuah kenyataan.

Firman-Nya menegaskan:
“Sesungguhnya urusan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu Dia hanya berkata kepadanya, ‘Jadilah!’ maka jadilah sesuatu itu.” (Yassin:82)
Tulisan ini ditulis untuk dikongsi, kerana ingin menyentuh para hati yang merasa gundah dan gelisah serta hampir berputus asa untuk berjuang di atas jalan-Nya.

Tulisan ini juga ingin mengajak para pembaca agar sentiasa pasrah hati dan redha dengan setiap ketentuan Ilahi kerana semuanya punya hikmah yang tersendiri.

Moga perkongsian ini dapat membuat jiwa menjadi tenang serta merasa semakin yakin dengan janji-janji Tuhan.

Tiap Hal Yang Teruji, Punyai Aturan Yang Tersendiri

Memang tidak dinafikan, berjuang di atas jalan Allah bukan semudah kata pujangga, bukan pula seindah madah bicara.

Sememangnya kita cuma hamba biasa.

Namun, Allah mengetahui batas kemampuan setiap hamba. Tidak akan diuji hati-hati manusia melainkan tersedia hikmah dan ganjaran dari-Nya, yang acap kali kita tidak menyedarinya. Sesungguhnya Allah itu Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Cuba kita sama-sama renungi...

Tika kita merasa lemah dan hampir berputus asa, tiba-tiba DIA memberikan ruang cahaya agar kita tidak terus buntu berada dalam kegelapan.

Tika diri merasa lelah dalam mengerjakan amal kebaikan dan ibadah, tiba-tiba DIA menggantikan amal itu dengan dihapuskan semua keburukan dan menggantikannya dengan pelbagai nikmat yang kita sendiri tidak dapat menduga.

Inilah janji Allah dalam kalam suci-Nya menyebut:
“Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, nescaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah, nescaya Allah akan melaksanakan urusan (yang dikehendakinya). Sesungguhnya Dia telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (At-Talaq:2-3)
Allahuakbar… Betapa cantiknya aturan Allah.

Barangsiapa yang bertakwa kepada-Nya, pasti tidak akan disia-siakan dan mereka tidak akan dirugikan walau sedikitpun.

Hadiah Buat Orang-orang Mukmin

Ucapan mukadimah yang penulis paparkan bukan sebuah ucapan kosong, tetapi sebuah perasaan bahagia dan gembira yang tidak dapat diterjemahkan dengan sebuah kata-kata.

Nikmat agung kurniaan Ilahi itu sebenarnya hadiah buat orang-orang mukmin.

Hadiah buat mereka yang tetap teguh berada di atas jalan Allah, tidak sesekali merasa merasa putus asa mahupun kecewa. Mereka itulah orang-orang yang sentiasa bersungguh-sungguh berjuang dan berjihad di atas jalan-Nya, maka Allah juga akan sentiasa berada di sisi mereka.

Firman Allah Taala:
“Dan orang-orang yang berjihad untuk mencari keredhaan Kami, Kami akan tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sungguh, Allah beserta orang-orang yang berbuat baik” (Ar-Rum:69)
Hati Tetap Menyakini

Rasa sabar dan syukur, redha dan pasrah serta tawakal dengan penyerahan hati yang tinggi kepada Allah, itulah sebenarnya kunci kebahagiaan bagi seorang mukmin.

Biarpun diasak dengan seribu macam ujian, godaan, kesusahan mahupun keperitan, tetapi hati tetap teguh menyakini dan berpegang pada janji-janji-Nya.

Dalam kesempitan, Allah melapangkan. Dalam kesusahan, Allah memberikan kekuatan luar biasa, betapa ajaibnya orang mukmin.

Orang-orang yang terus bersabar dan berpegang kepada-Nya pasti akan diberi kemenangan. Dan nikmat yang paling tidak terperi rasanya adalah mendapat kemenangan yang paling agung kelak, iaitu dengan dibalasi nikmat JANNAH yang kekal abadi bahagia selamanya.

Kalam-Nya menyebut:
“Sesungguhnya orang-orang yang berkata, ‘Tuhan kami adalah Allah’, kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat-malaikat akan turun kepada mereka (dengan berkata), ‘Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu bersedih hati dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) syurga yang telah dijanjikan kepadamu” (Fussilat:30)
Subhanallah! Sangat indah janji Sang Khalik. Di dunia lagi DIA telah memberi pelbagai kurniaan kepada manusia, di ‘sana’ pula menanti sebuah nikmat yang tidak terbanding taranya.

Betapa pemurahnya Tuhan, tetapi sedikit sekali manusia berfikir akan hal tersebut dan sedikit pula mereka yang bersyukur.

Hikmah Itu Seiringan

Sesungguhnya hikmah itu seiringan dengan setiap ketetapan dan ujian yang diberikan kepada sang hamba.

Cuma, ia terpulang pada diri kita apakah mampu bersabar dan merasa redha (pasrah) dengan ujian yang menimpa?

Buat para hati yang tetap istiqamah berjuang di atas jalan Tuhan, tiada rasa khuatir dan tidak pernah berputus asa dengan rahmat Tuhan, mereka itulah orang-orang yang mendapat pertolongan dan petunjuk dari Ilahi.

Firman Allah Taala:
“Sesungguhnya orang-orang yang berkata, ‘Tuhan kami adalah Allah,’ kemudian mereka tetap istiqamah, tidak ada rasa khuatir pada mereka dan mereka tidak pula bersedih hati. Mereka itulah para penghuni syurga, kekal di dalamnya sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan.” (Al-Ahqaf:13-14)
Dan mataku kini terbuka
Pada hikmah dugaan
Menguji keimanan
Tak kan dilontarkan-Nya ujian
Diluar kekuatan setiap diri insan…

Cepat atau Lambat: Janji Allah Adalah Pasti

Orang-orang yang sentiasa REDHA dan YAKIN di atas setiap ketentuan Allah yang telah ditetapkan, maka sudah pasti DIA juga akan meredhai seluruh hidup kita.

Buat mereka yang tulus ikhlas sentiasa berusaha tanpa putus asa dalam pencarian REDHA ILAHI, pasti DIA tidak akan sesekali mensia-siakan melainkan diberi dengan gantian dan balasan yang lebih baik daripada yang kita sangkakan.

Biarpun diasak dengan pelbagai mehnah ujian, namun hati tetap bersabar dan bersabar kerana merasa yakin akan janji-janji Ilahi.

Sesungguhnya DIA tidak akan sesekali memungkiri janji.

Cuma, cepat atau lambat terpulang kepada Ilahi dalam DIA menilai tahap kekuatan dan kesabaran setiap hamba-Nya dalam ujian yang diberi.

Penutup: Yakinlah Duhai Hati!
Keyakinan datangnya daripada hati. Sekeping hati tulus yang menyakini, terus berpegang teguh tanpa rasa ragu-ragu lagi.

Yakinilah duhai hati..

Asalkan kita berada di atas jalan-Nya yang benar, maka pasti Allah akan meneguhkan kedudukan kita dan teriring bunga-bunga hikmah dari Ilahi.

Akhir kata dari penulis, mari sama-sama kita bina sebuah keyakinan yang utuh kepada Ilahi dengan berpegang teguh pada setiap kalam-Nya agar jiwa menjadi semakin tenang, perjuangan yang perit terasa lapang, dan yang paling penting kita dapat meraih redha Tuhan.!
“Ya Allah…betapa agung kuasa-Mu… terasa hilang segala nestapa, terangkat segala beban derita di jiwa…terhapus sudah untaian air mata duka… Dengan keindahan hikmah dugaan dan nikmat kurniaan yang Engkau anugerahkan, tidak akan sesekali disia-siakan.. Tuntuni langkah kaki ini agar tetap utuh dan teguh di atas jalan lurus-Mu…amin”

Journal 2014 - # 732

Hanya Ingin Kau Tahu


Ku telah miliki
Rasa indahnya perihku
Rasa hancurnya harapku
Kau lepas cintaku

Rasakan abadi
Sekalipun kau mengerti
Sekalipun kau pahami
Ku pikir ku salah mengertimu

Aku hanya ingin kau tahu
Besarnya cintaku
Tingginya khayalku bersamamu

Tuk lalui waktu yang tersisa kini
Di setiap hariku
Di sisa akhir nafas hidupku

Ow wooo wo wo wooo

Walaupun semua hanya ada dalam mimpiku
Hanya ada dalam anganku
Melewati hidup

Rasakan abadi
Sekalipun kau mengerti
Sekalipun kau pahami
Ku pikir ku salah mengertimu

Aku hanya ingin kau tahu
Besarnya cintaku
Tingginya khayalku bersamamu

Tuk lalui waktu yang tersisa kini
Di setiap hariku
Di sisa akhir nafas hidupku

Aku hanya ingin kau tahu
Besarnya cintaku
Tingginya khayalku bersamamu

Tuk lalui waktu yang tersisa kini
Di setiap hariku
Di sisa akhir nafas hidupku

Ow wooo wo wo wooo

 

Journal 2014 - # 731

  Akhiri Penantianku

 Resah hati ku
Selalunya ada
Fikirkan kamu
Setiap waktu ku
tenang jiwa ku
bila kau di sisi
Dalam dakapan mu buat ku mati

Hooooooo~

Jauh
Ku menunggu
Biar ketahuan mu
Disini ku merindu

Jauhhh
Ku berharap
Kembali kau pada ku
Akhiri penantian ku
Tak mampunya aku
Bila kau tiada
Gelap hariku
Sepi hidup ku
Lemah langkah ku
Mendengar suara mu
Laju jantung ku bila menyentuh mu

Wooo~

Jauh
Ku menunggu
Biar ketahuan mu
Disini ku merindu

Jauh
Ku berharap
Kembali kepada ku
Akhiri penantian ku

Hooooo~oooo~hoooo

Jauhhhh
Ku menunggu
Biar ketahuan mu
Disini ku merindu

Jauh
Ku berharap
Kembali kau pada ku
Akhiri penantian ku

Jauh
Ku menunggu
Biar ketahuan mu
Disini ku merindu

Jauh
Ku berharap
Kembali kau pada ku
Akhiri penantian ku
 

Journal 2014 - # 730

Salam perpaduan salam perjuangan!

Erti Sebuah Cinta

“Cinta, ertinya melepaskan…”

Begitulah kata orang. Dan aku membenarkannya. Memang benar cinta itu ertinya melepaskan kerana memang inilah natijah daripada sebuah cinta yang qudus.

“Tapi, kenapa begitu sukar untuk melepaskan…?”
 
Jika ada yang bertanyakan soalan ini, jawabku,

“Kerana cinta itu tidak didasari landasan syara’”

Tapi, adakah cinta yang tidak melanggar kehendak syara’? Sudah pastinya ada. Islam tidak pernah memusuhi cinta. Cuma pandangan manusia seringkali membatasi erti cinta pada pasangan ajnabi. Jika cinta ini yang dipilih, memang mustahil untuk “melepaskan”.

“Tapi, apakah yang ingin “dilepaskan” oleh sebuah cinta yang qudus?”
 
Islam memandang pada pandangan yang jauh; sejauh cahaya, hingga menerobos nebula di angkasa.

“Cinta yang qudus itu melepaskan “yang dicinta” daripada sengsara azab neraka”

Inilah dia cinta yang sejati. Cinta yang berputik saat dahi mula mengucup langit sajjadah. Lalu,
merayap pada rasa kasih sesama muslim yang terjalin atas nama ukhuwwah filLah hingga terzahir pada amalan. Lalu, kita mencintai ibu bapa, saudara seagama, ulama pembela agama dan segala fikrah yang sejalan dengan fitrah Islam.

Begitulah indahnya "cinta" ini pada tinta sastera metafora. Moga Allah memberikan kita kekuatan untuk menzahirkannya dengan amalan di alam nyata…amiin ya Rabbal ‘Alamiin…

Cinta yang qudus ini juga menjadi penghalang daripada mendekati segala cinta yang terlarang. Saksikanlah dengan pandangan dua anak mata, betapa cinta yang didasari nafsu serakah tidak akan pernah melepaskan si pencinta daripada mendekati dosa zina.

Cinta yang didasari maksiat dan kehendak nafsu semata-mata sering kali dikaburi janji-janji setia sehinggakan janji si kekasih dipuja bak wahyu dari langit. Lalu, pupuslah sebahagian iman dengan hilanglah rasa al-haya' (malu); kerana malu itu sebahagian daripada iman.

Apabila sebahagian iman telah hilang, apakah yang menjadi galang ganti bagi mengisi kekosongan di relung hati?

Nafsu dan sikap tidak tahu malu. Tidak malu kepada manusia kerana terang-terangan melakukan dosa. Dan tidak malu kepada Allah kerana menumpang di bumi ciptaan-Nya, setiap saat menghirup udara kurniaan-Nya dan meneruskan kehidupan dengan limpahan nikmat rezeki-Nya, tapi masih tegar mengingkari suruhan dan larangan-Nya.

Rasa cinta mula dizahirkan oleh Dia Yang Maha Agung. Kerana cinta-Nya, rasa tenang dan bahagia berputik di jiwa. Yakinlah, hanya dengan-Nya kita akan merasai manisnya sebuah cinta hingga terjalinnya ukhuwwah Islamiah. Usah dibina ukhuwwah pada yang bukan mahram atau ideologi yang bertentangan dengan Islam.

Journal 2014 - # 729

Salam perpaduan salam perjuangan

Sahabat di Akhirat atau Sekadar Kawan di Dunia?

Kata orang, sahabat ialah seseorang yang bersahabat dengan ketika susah dan senang. Kata orang, sahabat ialah seseorang yang sentiasa menyokong apa saja yang kita lakukan. Kata orang, sahabat ialah seseorang yang sentiasa membenarkan segala tidakan kita.

Apakah tafsiran sahabat yang sebenar-benarnya?

Menurut salah seorang sahabat Nabi s.a.w., `Alqamah r.a., sahabat yang baik mempunyai 7 ciri:
  1. Jika engkau membuat bakti kepadanya, ia akan melindungimu.
  2. Jika engkau rapatkan persahabatan dengannya, ia akan membalas baik persahabatanmu itu.
  3. Jika engkau memerlukan pertolongan daripadanya berupa wang dan sebagainya, ia akan membantumu.
  4. Jika engkau menghulurkan sesuatu kebaikan kepadannya, ia akan menerima dengan baik.
  5. Jika ia melihat sesuatu yang tidak baik darimu, ia akan menutupnya.
  6. Jika engkau meminta sesuatu bantuan daripadanya, ia akan mengusahakannya.
  7. Jika engkau berdiam diri (kerana malu hendak meminta), ia akan menanya kesusahanmu.
Dan telah berfirman Allah di dalam sebuah hadis qudis yang bermaksud,
“Sudah pastilah kecintaan-Ku itu untuk orang-orang yang saling ziarah menziarahi kerana Aku. Sudah pasti pula kecintaan-Ku untuk orang yang saling cinta menyintai kerana Aku, sudah pasti pula kecintaan-Ku kepada orang-orang yang saling bantu membantu kerana Aku. Juga sudah pastilah kecintaan-Ku untuk orang yang saling tolong menolong kerana Aku.” [HR Ahmad dan Hakim]
Maka, telah jelaslah kepada kita betapa sahabat yang baik bukanlah semestinya seseorang yang sentiasa berada di samping kita atau yang sentiasa menyokong segala tindakan kita (walhal tindakan kita itu bertentangan dengan perintah Allah dan Rasul-Nya.)

Tetapi, sahabat yang baik ialah sesiapa yang mahu memastikan sahabatnya sentiasa berada di dalam keadaan yang terbaik. Jika benar tindakan sahabatnya, disokongnya dengan kata-kata semangat serta huluran bantuan sedaya yang mungkin. Di belakang kita, dia tak henti-henti menadah tangan memohon bantuan daripada Allah ta’ala agar dipermudahkan urusan kita.

Sebaliknya, jika dia melihat kita melakukan sesuatu kesalahan, dosa atau maksiat, dia tidak segan silu untuk memperbetulkan kesalahan kita. Salah kita ditegurnya sebaik bahasa demi membetulkan kesalahan kita dan mengembalikan diri shabat yang diksihinya itu ke jalan yang benar; tanpa memutuskan talian persahabatan yang telah lama terjalin.

PUTUS CINTA
Tak perlu dipertikaikan lagi, masalah utama yang dihadapi oleh remaja dewasa ini ialah permasalahan cinta. Maka, setiap tindak tanduknya berkaitan cinta. Jika bercakap, dia menggunakan bahasa cinta. Jika berfikir, dia berfikir soal cinta. Jika membaca, sudah pasti Ayat-Ayat Cinta menjadi santapan utama. Dan bagi yang memiliki laman soial seperti Facebook, Myspace, Twitter, etc sudah pasti statusnya juga hanya berkisarkan permasalahan hati dan buah hatinya.

Dan di sini, pengaruh sahabat yang baik sangat memainkan peranan yang penting. Anda mahu kenal siapa sahabat baik anda? Bagi saya, sahabat yang baik ialah seseorang yang melafazkan kata, “Alhamdulillah” di saat dia mengetahui yang sahabatnya baru sahaja putus cinta dengan pasangan cinta bukan mahramnya.

Pelik? Ya, inilah dia sahabat baik yang sebenar-benarnya. Selama ini, dia tahu yang hubungan sahabatnya dengan gadis berkenaan adalah hubungan yang terlarang di sisi Allah kerana ianya mendekati zina. Maka, setiap hari, dia tidak henti-henti menasihati sahabatnya supaya segera berpisah bagi mengelakkan kemurkaan Allah dan pada setiap malam, dia berdoa kepada Allah supaya mereka segera terpisah.

Dan akhirnya, pasangan "merpati sejoli" tersebut benar-benar berpisah; sudah pasti dia turut sama bergembira meraikan perpisahan tersebut kerana perpisahan ini bukan sekadar perpisahan antara sepasang kekasih yang bukan mahram, sebaliknya ianya juga perpisahan daripada kerosakan hati angkara zina hati, perpisahan daripada dosa mendekati zina, perpisahan daripada azab Allah yang bakal diterima buat hamba-hambaNya yang kufur akan perintah-Nya serta perpisahan daripada hijab yang selama ini menjadi pengahalang daripada terqabulnya doa akibat berterusan melakukan maksiat.

Bukankah ini satu berita gembira yang seharusnya didahului dengan ucapan tasbih, tahmid dan takbir?

Sahabat yang baik saling nasihat-menasihati atas dasar kebenaran

Tapi, bagaimanakah tindakan kita selama ini sebaik sahaja mendengar pengaduan daripada sahabat kita yang baru putus cinta? Salah satu jawapan yang popular,

“Sudah lah…bunga bukan sekuntum, kumbang bukan seekor.”

Walna’uzubilLah, inilah dia sikap seorang sahabat yang “sangat baik dan terpuji” (“baik dan terpuji” lah sangat kan…). Betapa “baik”nya kita, sahabat kita baru sahaja terlepas daripad azab Allah, tiba-tiba kita mengajaknya kembali kepada azab dan kemurkaan Allah?!

Di akhirat, mereka yang memiliki sahabat seperti ini akan berasa menyesal kerana pernah bersahabat dengannya sebagaimana firman Allah (yang bermaksud),
"Wahai celakanya aku! Alangkah baiknya kalau aku tidak mengambil si dia itu menjadi sahabat karib! Sesungguhnya dia telah menyesatkan daku dari jalan peringatan (Al-Quran) setelah ia disampaikan kepadaku…” [25:28-29]
Maka, carilah sahabat yang baik dan jadilah sahabat yang baik iaitu mereka yang menjalinkan persahabatan atas dasar taqwa dan iman sebagaimana firman Allah (yang bermaksud),
“Pada hari itu sahabat-sahabat karib sebahagiannya akan menjadi musuh kepada sebahagian yang lain, kecuali orang-orang yang bertawa (iaitu yang bersahabat atas dasar iman dan amal soleh)…(Mereka itu ialah) orang-orang yang beriman akan ayat-ayat keterangan kami, serta mereka menjadi orang-orang Islam yang taat patuh. (Mereka diberi sebaik-baik balasan dengan dikatakan kepada mereka): "Masuklah kamu ke dalam syurga bersama-sama isteri-isteri kamu (yang beriman), dengan menikmati sepenuh-penuh kegembiraan dan kesenangan". [43:67-70]
Sabda Rasulullah s.a.w (yang bermaksud),
"Seseorang itu mengikuti agama sahabatnya. Maka, hendaklah kalian memperhatikan siapa sahabat kalian." [Hadits hasan, diriwayatkan Ahmad, Abu Dawud, At-Tirmidzi]

Journal 2014 - # 728

Salam perpaduan salam perjuanga!

Usia Manusia Semakin Singkat

Sesungguhnya, usia umat Islam adalah sejak diutusnya Nabi Muhammad s.a.w. sehingga datangnya angin lembut dari arah Yaman (selatan) sehingga dicabut nyawa setiap orang Mukmin, dan perkara itu akan berlaku setelah wafatnya Isa Ibn Maryam; sebagaimana sabda Nabi s.a.w.:
“Sesungguhnya Allah akan mengutus dari arah negara Yaman ‘angin’ yang lebih lembut daripada sutera, maka ia tidak akan meninggalkan (dalam mencabut nyawa) seorang pun yang ada di hatinya iman walau seberat biji zarrah kecuali ia akan mencabut nyawanya.”
[Hadis sahih riwayat Muslim dari Abi Hurairah]
Kemudian, tidak ada yang tinggal di bumi ini seorang Mukmin pun. Yang mana dengan demikian, berkahirlah usia umat Islam. Dan pada ketika itu, tidak ada yang tinggal di atas muka bumi ini kecuali makhluq yang paling derhaka, engkar dan jahat. Dan atas merekalah berlakunya khiamat, sebagaimana sabda Nabi s.a.w.:
“Siang dan malam tidak akan hilang (berlakunya khiamat) sehingga disembah (lagi) Allatta dan Al’uzza (berhala Musyrikin Makkah). Kemudian, Allah akan mengutuskan ‘angin’ yang harum, maka ia akan mengambil nyawa semua orang yang ada di dadanya iman walau sebesar biji sawi. Maka, yang tinggal setelah itu adalah orang yang tidak mempunyai kebaikan. Maka, mereka akan kembali kepada agama nenek moyang mereka.”
[Hadis riwayat Muslim dari Anas]
HADIS RASULULLAH S.A.W MENGENAI USIA UMAT YAHUDI, NASRANI (KRISTIAN) DAN ISLAM

Diriwayatkan oleh Imam Bukhari (dalam kitab Sahihnya) dari Abdullah bin Umar r.a., bahawa beliau mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda:
“Sesungguhnya usia masa menetapmu dibandingkan dengan umat sebelum kamu adalah seperti waktu solat Asar sehingga terbenamnya matahari.
Ahli Taurat (Yahudi) telah diberikan kepada mereka kitab Taurat, kemudia mereka mengamalkan kitab tersebut sehingga waktu tengahari, maka mereka pun ‘lemah’ untuk mengamalkannya. Lalu mereka diberi pahala oleh Allah s.w.t. masing-masing satu qirath (satu bahagian harta di syurga sebagai balasan).

Kemudian diberikan pula kepada ahli Injil (Nasrani), lalu mereka mengamalkan kitab tersebut sehingga waktu solat Asar. Dan setelah itu, mereka ‘lemah’ untuk mengamalkannya. Mereka pun diberi ganjaran oleh Allah s.w.t. masing-masing satu qirath.

Kemudian diberikan pula kepada kita (Islam) kitab Al-Quran dan kita mengamalkannya sehingga matahari terbenam. Maka Allah s.w.t. memberi ganjaran kepada kita masing-masing dua qirath.
Berkatalah ahli kitab, “Wahai Tuhan kami, mengapa Engkau memberi ganjaran kepada mereka (orang Islam) dua qirath dan Engkau memberi ganjaran kepada kami satu qirath, sedangkan amalan kami lebih banyak daripada mereka?”
Berkata Rasulullah s.a.w.: Allah s.w.t. menjawab (sambil bertanya): “Adakah aku berlaku zalim (tidak adil) dalam memberi ganjaran dari amal kamu semua?"

Mereka menjawab: “Tidak."

Allah s.w.t. berkata: “Itu adalah kurniaan yang Aku berikan kepada sesiapa sahaja yang Aku kehendaki.”

[Sumber: Diriwayatkan oleh Bukhari pada beberapa tempat dalam kitab Sahihnya. Pada kitab Mawaqitu Ash Shalah, Juz. 2, Fathgul Baari, ms.38, cetakan Daar Al-Fikri. Juga pada kitab Al-Ijarah, Juz. 4, ms. 445. Juga kitab Ahaadts Al-Abiya’, Juz. 6, ms. 465. Juga kitab Fadhaail Al-Quran, Juz. 9, ms. 66. Dan juga kitab At-Tauhid, Juz. 13, ms. 46, dengan sanad yang berbeza-beza.]
Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam kitab Sahih miliknya sebuah hadis dari Abu Musa r.a., dari Nabi s.a.w., di mana Rasulullah s.a.w. bersabda:
“Perumpamaan antara orang Muslimin dan kaum Yahudi serta kaum Nasrani adalah seperti seorang lelaki kaya yang mengupah suatu kaum (Yahudi) untuk melakukan satu kerja untuknya sehingga malam. Akan tetapi, kaum tersebut hanya bekerja sehingga tengahari. Dan mereka berkata kepada lelaki tersebut: ‘Kami tidak memerlukan gaji yang kamu berikan."
Kemudian, lelaki itu mengupah suatu kaum yang lain (Nasrani) sambil berkata: "Sempurnakanlah kerja ini sehingga selesai hari ini juga dan kamu akan memperolehi gaji seperti yang aku janjikan’. Kemudian, kaum tersebut hanya bekerja sehingga waktu solat Asar dan berkata: ‘Amabillah olehmu apa yang kami kerjakan’.


Kemudian, lelaki tersebut mengupah suatu kaum yang lain (Muslimin) dan mereka pun bekerja sehingga penuh hari tersebut, sehingga terbenam matahari. Dan mereka memperolehi gaji mengatasi dua kaum sebelum mereka.”

[Sumber: Diriwayatkan oleh Bukhari dalam beberapa tempat. Kitab Mawaitu Ash Shalah, Juz. 2, ms. 38. Juga kitab Al-Ijarah, Juz. 4, ms. 447.]

KIRAAN USIA UMAT ISLAM

Al-Hafiz Ibn Hajar dalam kitabnya yang amat berharga, Fathul Baari telah menerangkan kepada kita mengenai hadis usia setiap umat manusia. Di mana hadis tersebut menunjukkan, bahawa masa umat ini (umat Islam) adalah lebih daripada seribu tahun. Hal ini kerana hadis tersebut menerangkan bahawa masa umat Yahudi adalah sama dengan masa umat Nasrani ditambah dengan masa umat Islam.

Sedangkan para ahli sejarah bersepakata, bahawa masa kaum Yahudi sehingga diutusnya Nabi Muhammad s.a.w. adalah lebih dari 2000 tahun. Adapun masa usia umat Nasrani (Kristian) sehingga diutusnya Nabi Muhammad s.a.w. adalah 600 tahun. (lihat Fathul Baari, Juz. 4, kitab Al-Ijarah, ms. 449)

Kemudian, Al-Hafiz Ibn Hajar juga berkata: “Hadis tersebut juga mengisyaratkan mengenai pendeknya masa yang tinggal dari (usia) dunia.” (lihat Fathul Baari, Juz. 4, kitab Al-Ijarah, ms. 448.)

Dalam keterangan yang lebih terperinci dari perkataan Ibn Hajar, di sini kami akan menerangkan, bahawa penjelasan beliau tersebut menunjukkan dua perkara, iaitu:
  1. Masa umat Yahudi adalah usia umat Nasrani digabungkan dengan usia umat Islam, atau usia umat Yahudi sama dengan usia umat Islam ditambah dengan usia umat Nasrani.
  2. Sesungguhnya usia umat Nasrani adalah selama 600 tahun. Perkara ini diterangkan oleh sebuh hadis sahih yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam kitab Sahihnya dari Salman Al-Farisi r.a.: “Masa antara Isa a.s. dan Muhammad s.a.w. adalah selama 600 tahun.” (lihat Sahihul Bukhari, kitab Manaqib Al-Ansar.)
Maka, kita dapat mengatakan bahawa usia umat Yahudi dan usia umat Nasrani adalah lebih dari 2000 tahun, sedangkan usia umat Nasrani adalah 600 tahun. Maka, usia umat Yahudi sama dengan 2000 lebih ditolak 600, yakni 1400 tahun lebih.


Dan para ahli sejarah menerangkan bahawa “lebihan” (usia umat Yahudi) yang dimaksudkan adalah lebih dari 100 tahun. Oleh itu, tepatnya usia umat Yahudi adalah 1500 tahun lebih sedikit.


Dan dengan mengetahui bahawa usia umat Islam sama dengan usia umat Yahudi yang ditolak dengan usia umat Nasrani, maka usia umat Islam adalah 1500 tahun ditolak dengan 600 tahun, yakni sama dengan 900 tahun lebih sedikit ditambah dengan tambahan 500 tahun.


Tambahan 500 tahun yang diberikan kepada umat Islam ini disebut dalam sebuah hadis marfu’ dari Sa’ad bin Abi Waqash, yang mana telah bersabda Rasulullah s.a.w.:
“Sesungguhnya aku berharap semoga umatku tidak akan lemah di depan Rabb mereka dengan menambahkan (memanjangkan) umur mereka selama setengah hari.”
Kemudian, Sa’ad ditanya: “Berapa lamakah setengah hari itu?”

Rasulullah s.a.w. menjawab: “Lima ratus tahun.”

[Sumber: Hadis sahih yang diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Dawud, Al-Hakim dan Abu Nu’aim dalam kitabnya Al-Hilyah. Hadis ini disahihkan oleh Al-Albaani dalam kitab Ash Shalihah miliknya, nombor 1643 dan dalam kitab Sahih Al-Jami’ dalam beberapa tempat.]
Oleh itu, usia umat Islam adalah selama 1400 tahun lebih sedikit.

BERAPA TAHUNKAH TAMBAHAN USIA UMAT ISLAM ITU?

Imam As-Sayuthi dalam kitab beliau yang berjudul Al-Kasyaf (ketika menerangkan mengenai keluarnya Imam Mahdi) berkata: “Hadis hanya menunjukkan, bahawa masa (usia) umat ini (umat Islam) adalah lebih dari 1000 tahun dan tambahannya sama sekali tidak lebih dari 500 tahun”. (lihat kitab beliau yang berjudul Risalat Al-Kasyfi’an Mujawazati Hadzihil Ummah Al-Alfa, ms. 206.)

Pada ketika ini, kita berada pada tahun 1432 Hijrah. Kemudian, kita tambahkan dengan 13 tahun sebelum penulisan kalendar Hijrah (iaitu antara tahun diutusnya Nabi Muhammad s.a.w. sehingga pada tahun Rasulullah s.a.w. berhijrah dari Makkah ke Madinah).


Oleh yang demikian, walaupun pada ketika ini kita berada pada tahun 1432 Hijrah, namun hakikatnya usia umat Islam telah berlalu selama 1445 tahun yang dikira bermula dari saat diutusnya Nabi Muhammad s.a.w. kepada segenap umat manusia.
Sesuai dengan kiraan yang berdasarkan pada keterangan ulama besar kita yang bersandarkan kepada hadis yang sahih, maka dapat disimpulkan bahawa pada ketika ini, kita sedang berada pada zaman terakhir sebelum masa penghabisan dan masa persiapan untuk menghadapi huru-hara dan peperangan besar atau penghabisan yang terlebih dahulu berlaku sebelum munculnya tanda-tanda besar khiamat (seperti terbitnya matahari dari Barat).

Bagi menyempurnakan perbahasan ini, maka pada perbahasan kali ini, kami akan ketengahkan perkataan ahli kitab yang sesuai dengan apa yang telah kita paparkan bagi menguatkan bahawasanya masa terakhir dunia sudah hampir:
“Seperti para pekerja di kebun kurma, sesungguhnya kerajaan Tuhan adalah seperti seorang manusia yang memiliki sebuah yang mana dia keluar pada waktu pagi-pagi lagi untuk mencari para pekerja upahan di kebun kurmanya. Dan lelaki tersebut bersepakat dengan para pekerja yang ada mengenai upah satu dinar sehari.
Kemudian, dia keluar lagi pada pukul sembilan pagi dan di dalam kota, dia menemui buruh lain yang sedang tidak mempunyai kerja, sambil (dia) berkata kepada mereka: ‘Pergilah kamu semua untuk bekerja di kebun kurma saya, maka saya akan memberi upah yang sesuai.” Lalu, mereka pun pergi.

Kemudian, lelaki tersebut pergi lagi ke kota pada pukul dua belas dan pada pukul satu setelah Zuhur; di mana dia terus menghantar pekerja tambahan ke kebun kurmanya.

Pada jam 5 petang, lelaki itu keluar lagi. Maka dia menemui beberapa orang buruh yang sedang tidak bekerja, sambil bertanya kepada mereka: ‘Mengapa kamu semua berdiri di sini sepanjang hari tanpa berkerja?’ Mereka manjawab: ‘Ini kerana tidak ada seorang pun yang mengupah kami’. Lelaki itu berkata: ‘Pergilah kamu semua bekerja di kebun saya’.

Ketika hari sudah senja, pemilik pohon kurma tersebut berkata kepada wakilnya: ‘Panggillah semua pekerja tersebut dan bayarlah upah mereka, bermula dari (buruh) yang datang terakhir sehingga pada (buruh) yang datang sejak awal.

Lalu datanglah para pekerja (buruh terakhir) yang mula bekerja sejak jam lima petang, di mana setiap seorang dari mereka menerima satu dinar.

Ketika datang para pekerja yang datang dari awal, mereka fikir bahawa mereka akan menerima gaji yang lebih banyak. Akan tetapi, ternyata mereka hanya menerima satu dinar. Oleh kerana hanya menerima satu dinar sahaja, maka mereka merungut dan kesal dengan pemilik kebun sambil berkata: ‘Mereka yang datang terakhir tersebut hanya bekerja satu jam sahaja. Akan tetapi, tuan memberikan gaji yang sama dengan kami yang bekerja sepanjang hari di bawah terik matahari!’

Maka, pemilik kebun tersebut menjawab: ‘Wahai kawan, adakah saya sudah berlaku zalim kepadamu? Bukankah saya dan kamu semua sudah sepakat dengan gaji satu dinar? Ambillah apa yang menjadi hak kamu dan pergilah! Adapun saya, maka saya ingin memerbi gaji untuk orang yang terakhir ini (sama banyak) seperti (upah yang diberikan kepada) kamu. Bukankah saya bebas melakukan apa sahaja dengan harta saya, sebagaiman yang saya sukai? Atau matamu yang jahat (iri hati) disebabkan kebaikanku? Demikian jugalah halnya dengan orang yang terakhir menjadi orang yang pertama dan orang yang pertama menjadi orang yang terakhir’.”
[Sumber: Injil Martin, bab 20, ayat 1-16, ms. 31]

Teks Injil Matthew ini sesuai dengan sabda Rasulullah s.a.w.: "Kita adalah orang terakhir yang menjadi orang pertama pada Hari Khiamat.”
[Sumber: Hadis riwayat Bukhari dan Muslim dari Abi Hurairah dan Huzaifah r.a.]

Journal 2014 - # 727

Salam perpaduan salam perjuangan!

Jangan Malu Untuk Bertaubat

Janganlah malu untuk bertaubat kerana terlalu banyak dosa tetapi malulah untuk berbuat dosa kerana sudah banyak kali bertaubat.
Jangan meremeh-remehkan perlakuan dosa….  
Wahai orang-orang yang beriman,bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya,mudah-mudahan tuhan kamu akan menghapuskan kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam syurga-syurga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai”….(Surah At-Tahrim : 8 )

Sesungguhnya Allah telah mengurniakan suatu penangguhan kepada hambanya dari ditulis dosa yang telah dibuatnya oleh Malaikat Kiramul Kaatibiin (2) supaya dia sempat bertaubat kepada tuhanya,maka telah berkatanya rasulullah sallallahu alaihi wassalam :

إن صاحب الشمال ليرفع القلم ست ساعات عن العبد المسلم المخطئ، فإن ندم واستغفر الله منها ألقاها، وإلا كتبت واحدة

Sesungguhnya malaikat yang disebelah kiri akan mengangkat penanya selama enam jam (tidak menulis lagi dosa tersebut) terhadap hamba muslim yang berbuat kesalahan,jika dia menyesal dan meminta ampun kepada Allah dari dosa tersebut maka akan dilemparkan sahaja dosa tersebut,jika dia tidak berbuat demikian,maka akan ditulis sebagai satu dosa (hadith riwayat Imam At-Thobrani dari Abu Umamah di dalam Al-Kabir)
Janganlah sesekali mempermainkan agama dengan menganggap setiap perbuatan yang berdosa itu sebagai perkara remeh temeh, ataupun cuba mempersoalkan berapakah berat dosa yang telah dilakukan ni?? kecilkah? besarkah?? sambil melakukan perlakuan dosa tersebut dengan bersahaja tanpa rasa bersalah.
إن المؤمن يرى ذنوبه كأنه قاعد تحت جبل يخاف أن يقع عليه، وإن الفاجر يرى ذنوبه كذباب مر على أنفه، فقال به هكذا – أي بيده -فذهب عنه
Daripada Ibnu Masu’d radiallahu anhu berkata : Sesungguhnya orang mukmin itu memandang dosa-dosanya seperti orang yang berdiri di bawah gunung,yang mana dia (sentiasa) rasa takut yang gunung itu nanti akan menghempapnya,dan orang yang keji pula memandang dosa-dosa mereka seperti seekor lalat yang hinggap di atas hidungnya, yang berkata : dengan hanya begini sahaja (iaitu dengan hanya ditepis dengan tangan sahaja) maka dengan mudah sahaja lalat itu terbang (hadith riwayat Imam Bukhari)
Hanya iman yang soheh pada Allah sahaja yg dapat jamin kita masuk syurga Allah. Untuk dapat kepada perkara itu, kita kena usaha atas agama. Untuk usaha atas agama, kita kenalah keluar di jalan Allah. InsyaAllah.

Journal 2014 - # 726

Salam perpaduan salam perjuangan!

Bersyukur Saat Diuji

Tak perlu untuk malu jika ingin berubah ke arah kebaikan. Jangan fikir apa orang akan cakap. Tapi fikirlah apa yang bakal kita jawab di akhirat kelak. Astaghfirullahala'zim..

Allah takkan pernah menguji hamba-Nya sekiranya Dia tahu hamba Nya itu tidak mampu. Iya, setiap ujian cabaran serta dugaan yang diberikan ada hikmah disebaliknya . Allah yang Maha Mengetahui segala-galanya dan apa yang terbaik untuk hamba Nya. Ketika apa jua keadaan kita, ingatlah Allah yang Maha Mengetahui . Sesungguhnya Allah itu sentiasa ada dan dekat untuk hamba hamba Nya , Alhamdulillah. 
Firman Allah '' Dan jika hamba-hamba Ku bertanya tentang Aku , maka katakanlah bahawa sesungguhnya Aku dekat. Aku akan kabulkan doa orang yang berdoa kepada-Ku '' (Al-Baqarah 2:186)
Berdoalah.. sesungguhnya Allah lah yang maha mengatur segala perancangan. Walhal setiap ujian atau dugaan itu benar benar menyakitkan tetapi Alhamdulillah aku mampu menempuhinya. Iya  Allah Maha Mengetahui. Di samping sokongan keluarga serta kawan-kawan, diri sendiri juga perlu mengumpul kekuatan agar terus tabah. Setiap ujian ialah satu pengalaman yang dapat mematangkan diri kita. Jika kita tidak diberi ujian dan dugaan, boleh jadi kita terus alpa dan lupa kepadaNya. Nauzubillah! Mohon dijauhkan.


ya Allah, ya Rabbul Jalil..
Pada-Mu aku sembah, pada-Mu aku meminta pertolongan..
ya Allah, Kau ampuni aku..
Jika aku bersifat menunjuk-nunjuk,
Maka sia-sialah sepertiga malamku..
Sia-sialah tadabbur Quranku..
Sungguh, Engkau yang mengetahui apa yang terkandung dalam isi hatiku..
Peliharalah kami dari azab Neraka-Mu..
Amin.

Journal 2014 - # 725

Salam perpaduan salam perjuangan!

Kitaran Hidup Manusia

Fitrah kejadian manusia, satu kitaran yang cukup menarik dan seharusnya direnungi supaya kita dapat bermuhasabah agar setiap nikmat yang Allah s.w.t pinjamkan itu dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya. Sesungguhnya setiap yang Allah s.w.t jadikan itu, tidak lari tidak ia adalah untuk dimanfaatkan dengan sebaik-sebaiknya oleh umat manusia di alam ini.

Satu kitaran atau pusingan hidup yang telah Allah s.w.t tentukan, bahkan setiap hambaNya akan lalui dan hadapi walaupun mereka tidak suka dan mereka tidak bersedia, namun ketentuan Allah s.w.t tiada siapa yang dapat menghalang. Itulah kitaran hidup yang mana bermulanya ia dari saat kita dilahirkan sebagai seorang bayi, membesar menjadi kanak-kanak, meningkat remaja, berubah menjadi dewasa dan akhirnya menjadi tua.

Dalam kitaran usia itu Allah s.w.t selitkan satu hikmah dan pengajaran supaya kita berfikir dan memanfaatkan sebaik-baiknya usia dan masa yang Allah s.w.t berikan kepada kita supaya kita tidak menyesal di hari mahsyar kelak. Sesungguhnya bersama-sama kitaran usia itu Allah s.w.t sertakan ia bersama-sama dengan satu lagi kitaran yang tidak kita sedari iaitu kekuatan diri atau tenaga.

Bermula dengan kekuatan diri yang lemah, kemudian Allah s.w.t berikan sepenuh kekuatan dan tenaga dan kemudiannya Allah s.w.t jadikan diri ini lemah kembali. Itulah kitaran kekuatan diri yang mana dari saat kita dilahirkan sebagai seorang bayi sehingga kita ke alam kanak-kanak, kita berada di dalam keadaan lemah. Bilamana kita meningkat ke alam remaja dan dewasa, disitulah Allah s.w.t berikan sepenuh tenaga dan kekuatan pada diri kita. Dan bilamana usia kita mula menjejak ke alam tua, Allah s.w.t jadikan diri ini lemah semula seperti di alam kanak-kanak.

Satu kitaran yang menarik yang telah diaturkan oleh Allah s.w.t supaya kita memanfaatkan sebaik-baiknya untuk kerja-kerja agama. Bermulanya kitaran tersebut, seorang bayi dan kanak-kanak tidak mempunyai kudrat dan kekuatan untuk melaksanakan sesuatu. Segala yang ingin dilakukan ketika berada di usia itu, akan dibantu dan dilaksanakan oleh orang lain.

Namun begitu, bilamana meningkatnya usia, bersama-sama itu Allah s.w.t tingkatkan lagi kekuatan dan keupayaan agar kita dapat melaksanakan sesuatu itu dengan keupayaan sendiri. Ketika inilah seharusnya setiap insan memanfaatkan ia dengan sebaik-baiknya dengan banyakkan beribadah kepada Allah s.w.t dan dengan melaksanakan kerja-kerja amar makruf wal nahyu anil mungkar.

Bilamana masa beredar maka usia makin meningkat. Bilamana usia sudah mula ke alam tua, maka

Satu persoalan yang perlu dijawab oleh ikhwah dan akhawat. Benarkah kata-kata orang-orang dahulu “muda-muda enjoy dulu, dah tua baru bertaubat”? Sedangkan kitaran yang Allah s.w.t ciptakan ini, kekuatan dan kudrat diri Allah s.w.t berikan ketika usia remaja dan dewasa. Bagaimanakah kita hendak laksanakan amar ma’ruf wal nahyu anil mungkar sekiranya kita tidak mempunyai kekuatan dan kudrat?

Kepada yang mempunyai tanggapan sedemikian, harus diingat bahawa bilamana di mahsyar nanti, Allah s.w.t akan menyoal berkenaan dengan usia muda kita. Kemanakah usia tersebut dihabiskan. Adakah dihabiskan ke jalan maksiat atau dengan membantu agamaNya. Allah tidak mempersoalkan berkenaan usia tua kerana segala kekuatan dan kudrat untuk beribadah dan membuat kerja-kerja Islam telah Allah berikan ketika di usia muda.

Disini siapakah yang rugi? Orang muda yang memanfaatkan usianya dengan beribadah dan bergerak kerja untuk Islam atau orang yang usia mudanya “enjoy” dan di usia tua baru hendak insaf dan bertaubat. Maka manfaatkanlah usia muda yang kita ada ini sebaik-baiknya supaya kita tidak menyesal di hari Mahsyar kelak.

disitu Allah s.w.t kurangkan kudrat dan kekuatan kita sedikit demi sedikit. Dan di situlah kita mula kembali lemah seperti dipermulaan kita dilahirkan. Di saat itulah kita menghitung detik dan masa untuk roh dipisahkan dari jasad oleh malaikat Izrail.

Journal 2014 - # 724

Salam perpaduan salam perjuangan!

Sakit itu Nikmat Allah swt

BICARA KESAKITAN
sakit itu nikmat
sakit itu penghapus dosa (kafarah)
sakit itu ujian
sakit itu bukti cinta Allah
sakit itu ada hikmah yang kita tidak tahu

Ujian sakit adalah guru yang tidak bercakap, tetapi ia sangat mengajar dan mendidik. Ujian terkecil apalagi terbesar adalah takdir Allah. Yang mempunyai maksud tertantu. Kerana jahilnya kita, apabila ditimpa ujian samada secara langsung dari Allah atau melalui orang lain, kita mula elatah. Terasa Allah tidak adil, sengaja hendak menyusahkan kita. Atau kita menyalahkan orang yang mendatangkan ujian tersebut. Hati berdendam hati buruk sangka pada Allah yang mendatangkan ujian itu.

Kita selalu mendengar keluh kesah sesetengah orang yang bertanyakan kenapa agaknya suratan kehidupan mereka begitu susah untuk memperoleh kesenangan dan begitu senang pula mendakap kesusahan.

Mereka iri hati dengan keadaan orang lain yang ditakdirkan senang memperoleh kesenangan secara berterusan. Ada manusia yang hidup senang dan kaya raya, ada hidup susah dan melarat, ada dulunya senang tetapi kemudian hidup melarat.

REDHALAH YANG PALING UTAMA
Hakikatnya, inilah asam garam dan pancaroba kehidupan yang harus diterima dengan hati terbuka. Sebagai khalifah di muka bumi, perlulah kita membuat analisis dan muhasabah. Berfikir secara waras bahawa ketentuan Allah SWT mempunyai seribu satu sebab yang terkandung hikmah dan pengajaran.
Cuba nilai mengapa sesetengah manusia diberikan ujian terlalu hebat oleh Allah SWT?
Mengapa sesetengah yang lain diberi rahmat dan rezeki yang tidak putus-putus?
Mengapa ada yang sihat tubuh badan tetapi bayak berbuat maksiat?
Setiap sesuatu dijadikan atau ditakdirkan-Nya itu pasti ada sebab dan mempunyai hikmah. Manusia hanya perlu bersyukur jika diberikan rahmat dan rezeki yang melimpah ruah.

Firman Allah SWT yang bermaksud:
“Dan jika kamu menghitung nikmat Allah (yang dilimpahkannya kepada kamu), tiadalah kamu akan dapat menghitungnya satu persatu; sesungguhnya Allah Maha Pengampun, lagi Maha Mengasihani.” (Surah an-Nahl, ayat 18)
Begitu juga sebaliknya, manusia perlu terus-menerus bersabar andai diuji dengan dugaan demi dugaan. Setiap sesuatu ketentuan perlu dihadapi dengan waras, bijak, tenang, serta berserah tanpa kompromi atau bersyarat kepada Allah SWT.

Tidak perlulah melihat dalam perspektif yang luas, lihat saja diri kita sendiri. Dalam banyak waktu, kita iri hati melihat sahabat yang nampak bahagia sepanjang masa dibanding kita tidak senang atau bahagia seperti mereka.

Hanya dengan cara ini kita akan mengucap syukur Alhamdulillah. Sekurang-kurangnya kita menyedari ketentuan nasib yang lebih baik dan senang berbanding mereka. Hakikatnya, manusia sukar untuk merasa puas.

Oleh itu, sehebat mana ujian yang dihadapi hendaklah reda, bersyukur dan bertawakal kepada-Nya. Giatkan usaha dan berdoa supaya Allah memberikan petunjuk dan mengurniakan keadaan lebih baik daripada sebelum ini.

Allah SWT berfirman yang bermaksud:
“Dan sesungguhnya kami akan berikan cubaan kepada kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang yang sabar iaitu orang yang apabila ditimpa musibah mereka mengucapkan, Innalillahi Wainna Ilaihi Rajiun, maka itulah mendapat berkat dan rahmat daripada Tuhannya dan mereka itulah orang yang mendapat petunjuk.” (Surah al-Baqarah, ayat 155-157)
SAKIT HANYA SEBAGAI SIGNAL DARI ALLAH
Ada pepatah berkata: “Hanya orang yang miskin tahu nikmat kekayaan, hanya orang sakit tahu nikmat kesihatan, dan hanya orang mati tahu nikmat kehidupan”

Sakit, mampu menjadikan kita beringat. Seakan-akan bila kita sakit, Allah SWT berbisik kepada kita: “Sesungguhnya Aku mampu menarik nikmatKu bila-bila masa sahaja”

Sakit adalah petanda bahawa kita adalah manusia.
 
Ya, manusia yang lemah. Sebagai yang lemah, kita perlu beringat. Perlu sentiasa sedar akan kekerdilan kita. Didatangkan sakit, adalah untuk kita beringat betapa kita hakikatnya langsung tidak patut mendongak bongkak kepada Yang Maha Berkuasa – Allah SWT.
Percayalah, akan tiba masanya, kalau tidak di dunia, Insyaallah di akhirat kelak, terbit sinar kebahagiaan dan rahmat-Nya menerangi kehidupan, berkat kesabaran serta keimanan menempuhi ujian demi ujian.

Perlu diingat, sebanyak mana harta kemewahan dan kesenangan dianugerah Allah hendaklah disyukuri. Perlu juga diyakini segala nikmat diperoleh dengan izin Allah SWT, dan dengan kehendak Allah juga, boleh hilang dalam sekelip mata.

Allah SWT berfirman yang bermaksud:
“Apakah manusia itu mengira bahawa mereka dibiarkan (saja) mengatakan ‘kami telah beriman’ sedangkan mereka belum lagi diuji? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah SWT mengetahui orang yang benar dan dan orang yang dusta.” (Surah al-Ankabut, ayat 2-3)
Untuk itu, jangan dicela sakit yang menimpa. Ambil penyakit itu sebagai peringatan. Sesungguhnya kita ini manusia yang lupa, dan sakit bencana yang menimpa itu untuk peringatan. Dan tidaklah peringatan itu tiba dari yang bukan memerhatikan. Maka ketahuilah bila anda sakit, Allah hakikatnya sedang memberikan perhatian kepada anda. Bukankah itu satu kemuliaan?
Allah SWT berfirman: “Dan apa jua bencana, kesakitan yang menimpa kamu, maka ia adalah daripada tangan-tangan kamu sendiri(dari perbuatan salah dan dosa) dan (dalam pada masa yang sama dikenakan bencana dan sakit itu) Allah mengampunkan sebahagian besar dosa-dosa kamu” Surah Asy-Syura ayat 30
Semoga kita tidak seperti kaduk naik junjung atau luncai yang terjun dengan labu-labunya sehingga dikatakan sebagai orang yang ‘kufur nikmat’. Sakit itu hanya sementara. Mungkin Allah suruh beringat sahaja. Bila dah beringat, Dia akan angkat penyakitnya.

Journal 2014 - # 723

Salam perpaduan salam perjuangan!

Bahagianya Bila Hati Dimiliki dan Memiliknya

Kita akan benar-benar merasai kehilangan sesuatu itu hanya sekiranya sesuatu itu ada mengambil sedikit ruang di ingatan dan juga di hati kita. Kita tidak akan merasai kehilangan sesuatu itu sekiranya kita tidak pernah mengambil berat kehadirannya, kewujudannya dan peranannya. Kita juga tidak akan merasai kehilangan sesuatu benda yang tidak kita hargai dan tidak kita ingini dalam kehidupan kita. Bahkan mungkin, kehilangannya akan menghadirkan rasa lega, rasa tenang, rasa seronok dan rasa ‘ringan’ di bahu kita. Kerana akhirnya, benda atau sesuatu yang tidak kita sukai itu, telah hilang dari hidup kita.
Kenapa sesetengah kehilangan itu benar-benar menyedihkan kita?
Kesedihan hanya akan mengiringi kehilangan sesuatu yang kita cintai.
Kita tidak akan menangisi kehilangan sesuatu yang kita benci.
Kerana itulah, kalau kita perasan, perjuangan dan dakwah ini selalu menuntut perkara-perkara yang kita cintai daripada kita. Allah SWT selalu bertegas dalam urusan perkara-perkara yang kita cintai ini.

Firman Allah SWT di dalam surah At Taubah, ayat ke-24, bermaksud,
Katakanlah (wahai Muhammad): “Jika bapa-bapa kamu, dan anak-anak kamu, dan saudara-saudara kamu, dan isteri-isteri (atau suami-suami) kamu, dan kaum keluarga kamu, dan harta benda yang kamu usahakan, dan perniagaan yang kamu bimbang akan merosot, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, – (jika semuanya itu) menjadi perkara-perkara yang kamu cintai lebih daripada Allah dan RasulNya dan (daripada) berjihad untuk ugamaNya, maka tunggulah sehingga Allah mendatangkan keputusanNya (azab seksaNya); kerana Allah tidak akan memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik (derhaka).
Kenapa kecintaan yang berlebihan terhadap perkara-perkara diatas mendapat ancaman keras daripada Allah?

Kenapa perjuangan Islam selalu menuntut pengorbanan perkara-perkara yang kita cintai seperti diatas?

Ikhwah Akhowat sekalian, jawapannya adalah kerana kita tidak pernah memiliki walau satu pun daripada semua nikmat yang disenaraikan tersebut. Keterikatan dan kebergantungan kepada sesuatu yang TIDAK KITA MILIKI akan menyebabkan kekecewaan yang amat sangat apabila kita KEHILANGANNYA atau diminta MENINGGALKANNYA. Kita SANGKA kita memiliki keluarga kita, isteri kita, anak-anak kita, harta benda kita, perniagaan kita, masa kita, duit kita, rumah kita, akademik kita dan sebagainya.

Rasa MEMILIKI inilah yang akan meLEMAHkan kita.

Ia akan menjadikan kita kecewa dan sedih yang amat sangat apabila ALLAH SWT menarik nikmat-nikmat ini daripada kita.

Dan kerana itulah juga tarbiyah sepatutnya MEMBINA RASA DIMILIKI DAN MEMILIKI. Rasa ‘sense of belonging’ kepada gerakan dakwah ini. Rasa dimiliki dan memiliki dakwah dan tarbiyah ini. Rasa memiliki dan dimiliki oleh ikhwah dan akhowat sekeliling. Hanya dengan perasaan inilah kita akan mampu tsabat dan istiqamah. Rasa dimiliki dan memiliki gerabak dakwah dan tarbiyah ini menyebabkan KITA TAK SANGGUP KEHILANGANNYA. Dan sekiranya kita kehilangannya, KITA AKAN KESEDIHAN YANG AMAT SANGAT.

Kenapa ramai daripada kita boleh meninggalkan gerabak dakwah ini dengan senang hati?
KERANA HATI KITA TIDAK LANGSUNG MERASAKAN KEHILANGAN apabila kaki kita melangkah keluar dari gerabak dakwah dan tarbiyah ini. Kita lebih merasakan kesedihan dan kekecewaan apabila kehilangan benda-benda lain yang terpaksa kita tinggalkan ketika bersama dakwah. Kita merasa sedih dan letih sangat apabila kehilangan masa, kehilangan duit, kehilangan waktu bersama orang-orang yang kita sayangi.

Tapi, apabila meninggalkan dakwah, kita tidak pula benar-benar merasa kehilangan hidayah, kehilangan matlamat hidup, kehilangan jiwa yang basah dengan iman dan kehilangan momentum dalam mendakwahi umat.

Ya Allah…..
Kenapa setelah bertahun-tahun menyedut madu iman dan taqwa yang menghias jalan dakwah dan tarbiyah ini, kita masih tidak merasa dimiliki dan memilikinya?

Kenapa setelah bertahun-tahun dihidangkan petunjuk dan hidayahNya, hati kita masih merasa kita memiliki kehidupan dunia ini sehingga kita tidak mampu melepaskan ia?

Kepada yang masih dan sedang istiqamah, ayuh kita renungi dalam-dalam firman Allah SWT dibawah, surah Al Hujuraat, ayat ke-7, yang bermaksud,
Dan ketahuilah! Bahawasanya dalam kalangan kamu ada Rasulullah (maka janganlah kemahuan atau pendapat kamu mendahului pentadbirannya); kalaulah ia menurut kehendak kamu dalam kebanyakan perkara, tentulah kamu akan mengalami kesukaran; akan tetapi (Rasulullah tidak menurut melainkan perkara yang diwahyukan kepadanya, dan kamu wahai orang-orang yang beriman hendaklah bersyukur kerana) Allah menjadikan iman suatu perkara yang kamu cintai serta di perhiaskannya dalam hati kamu, dan menjadikan kekufuran dan perbuatan fasik serta perbuatan derhaka itu: perkara-perkara yang kamu benci; mereka yang bersifat demikian ialah orang-orang yang tetap menurut jalan yang lurus;
Semoga hati-hati kita semua kembali merasai ‘sense of belonging’ kepada dakwah ini, tarbiyah ini, ummah ini dan jamaah ini. Hanya dengan itu kita akan merasa terikat dengannya, kasih kepada teman-teman seperjuangan, sanggup berkorban untuknya dan ingin hidup dan mati bersama-sama dengannya. Amin.

Journal 2014 - # 722

Salam perpaduan salam perjuangan!

Dakwah dan Teknologi Teras Pembangunan Jiwa Ummah

 
Dakwah merupakan satu bentuk jalan untuk menyeru dan menyampaikan ajaran Islam secara bijaksana. Kepesatan pembangunan teknologi merupakan satu penjuru yang tidak harus dipinggirkan dalam memartabatkan dakwah agar pengajaran dan maklumatnya sampai kepada khalayak dengan cepat, tepat dan berkesan. Kombinasi kedua- dua elemen iaitu dakwah dan teknologi mewujudkan satu fenomena yang mampu mencetuskan natijah untuk pembangunan jiwa ummah. Kehebatan teknologi yang wujud pada era sekarang harus dipandang sebagai satu kelebihan untuk dimanfaatkan bagi mereka yang bergelar teknodaei atau pendakwah pada zaman ICT.

Menyoroti sejarah bagaimana dakwah Islam mampu tersebar dan disampaikan kepada umat manusia, kisah Nabi Musa a.s boleh dijadikan iktibar. Bagaimana baginda dianugerahkan oleh Allah dengan mukjizat tongkat adalah kerana pada zaman tersebut, kepakaran sihir adalah antara ciri kekuatan dan menjadi pelindung kepada kezaliman penguasa. Hakikat inilah yang memaparkan bahawa cara dan pendekatan dakwah mesti bersesuaian dengan cabaran dan situasi semasa. Bertitik tolak daripada itulah, zaman teknologi maklumat tanpa batasan ini perlu diambilkira dalam aspek penyampaian risalah Allah.

Namun begitu, dalam membicarakan tentang kecanggihan dan kepesatan teknologi khususnya ICT, ia tidak dapat menjamin bahawa sesuatu dakwah Islam itu dapat difahami dan mengakar ke setiap jiwa manusia. Duduknya kefahaman seseorang individu terhadap sesuatu ilmu itu bukan terletak pada kehebatan teknologi tetapi terletak kepada mutu kandungan ilmu tersebut dan juga aspek yang bersifat rohaniah di mana ia memerlukan kemasukan ilmu ke dalam jiwa di peringkat yang lebih mendalam. Dalam hal sebegini, adab menuntut ilmu dan penyediaan jiwa yang berada di luar kerangka teknologi itu perlu diberi penekanan. Oleh itu, teknologi sekadar membantu teknodaei untuk memudahkan kefahaman Islam itu disampai dan disebarluaskan.

Dalam sifat yang lebih global, perkembangan teknologi menjadi pemangkin dalam usaha penyebaran dakwah melalui pelbagai wahana yang disediakan oleh teknologi. Contohnya aplikasi internet, drama, filem dan iklan, animasi, radio, televisyen dan banyak lagi aplikasi terkini yang terlalu mudah untuk dicapai. Persoalannya, bagaimana untuk menggunakan medium tersebut agar ia berkesan dalam penyampaian ajaran Islam dan lebih daripada apa yang sekadar dipaparkan. Sebaliknya mempunyai unsur- unsur dan mesej- mesej yang sesuai dengan realiti dan kehendak sebenar masyarakat Islam.

Masyarakat kita amat terpengaruh dengan apa yang ditayangkan di media massa pada masa sekarang. Justeru, ia adalah satu peluang untuk para pendakwah teknologi menggunakan kepakaran dalam bidang masing- masing, memainkan peranan dan memikul tanggungjawab dakwah. Disinilah pentingnya ruang dan kepakaran itu dimanfaatkan bagi menakluki hati masyarakat agar terpaut dengan ajaran Islam yang sarat dengan nilai murni. Apa yang perlu digarapkan adalah penghasilan drama, filem dan iklan memerlukan tenaga tunjang iaitu pengarah, penerbit dan penulis skrip yang memahami dan mementingkan aspek ajaran Islam dalam setiap produk mereka. Dari sinilah akan bermulanya pendidikan secara tidak langsung kepada masyarakat yang dahagakan alternatif lain untuk bagi mevariasikan tontonan mereka.

Kanak- kanak juga merupakan satu kelompok yang tidak boleh dipencilkan dalam arena dakwah. Ini kerana generasi muda yang telah terdidik dengan acuan yang betul mampu memberi corak yang positif terhadap pembangunan negara. Justeru, pembangunan negara yang mapan perlu bermula dengan pembangunan jiwa ummah yang mantap. Lantas, sebagai langkah perintisnya, didikan melalui unsur yang digemari oleh golongan sasar adalah yang terbaik contohnya animasi. Ia telahpun menjadi fenomena dalam negara kita tetapi animasi Islamik tersebut tidak mungkin tercapai sasaran dakwahnya jika tidak ke persada yang lebih global. Di samping itu, negara kita masih kekurangan dan memerlukan lebih banyak animasi islamik ini mewarnai dunia hiburan kanak- kanak agar mereka terdidik dengan ajaran Islam yang sebenarnya. Bukan setakat kualiti maklumat yang disalurkan dalam animasi tersebut dipentingkan malah ia merupakan satu cabang dakwah yang berkesan untuk menambat hati golongan muda dan kanak- kanak. Secara tuntasnya, itulah elemen yang mampu disuntik dalam kerangka pembangunan jiwa ummah bagi golongan teknodaei yang tercari- cari peluang dan ruang yang mudah untuk mendekati masyarakat.

Dominasi media elektronik perlu diramaikan dengan individu pengamal, peneraju, pembikin dan penyampai yang berkualiti dari aspek sahsiah dan mempunyai rasa pertangunggjawaban terhadap dakwah. Dari sini, akan lahirlah produk yang sarat dengan pengetahuan dan pengajaran Islam untuk dihidangkan kepada masyarakat. Dengan kata lain, penyedia program media elektronik tidak terbelenggu oleh kepompong sendiri dan stereotaip malah sentiasa mencipta semula program yang lebih menarik daripada yang sedia ada. Pihak media sepatutnya memandu dan membimbing masyarakat melalui medium teknologi secara optimum dan tidak hanya bersandarkan kepuasan khalayak secara tipikal. Badan media Islamik juga perlu mewujudkan kerjasama dengan badan NGO untuk membuat satu filem pendek atau iklan yang rata- rata mampu mempengaruhi dan terkesan dalam jiwa masyarakat. Usaha seperti ini harus dimulakan dalam suasana rentak penyiaran iklan dan filem pendek di negara kita meluas tanpa ada nilai dan pengajaran yang boleh membangunkan jiwa Islam masyarakat. Dengan kata lain, seharusnya filem pendek yang ditayangkan mampu menjadi penyedar kepada khalayak ramai.

Berdakwah tidak hanya terhad dengan cara yang melibatkan pendengar atau penonton, tetapi kalangan pembaca juga perlu diambilkira. Sastera mampu dijadikan alat dakwah dalam mempengaruhi pemikiran masyarakat supaya cenderung dan memahami Islam sebenar. Namun, peranan yang dimainkan oleh penulis atau karyawan yang perlu dibuat penambaikan agar elemen Islam dalam karya penulisan dapat digarapkan seterusnya menambat hati pembaca. Kerjasama antara pengkarya, pengamal filem dan golongan agama perlu disinergikan agar filem atau novel yang dihasilkan mempunyai nilai yang tinggi. Bagi mencari kepelbagaian dalam penyampaian dakwah, novel- novel Islam diadaptasikan dalam bentuk filem. Ia merupakan satu bentuk usaha yang bermotifkan dakwah kerana teknologi yang ada sekarang tidak seharusnya membantutkan perkembangan syiar Islam.

Teknologi membuka ruang kepada penyebaran maklumat mengenai agama dengan lebih pantas dan
berkesan. Namun, jumlah penyebaran maklumat yang banyak tidak dapat menjamin mutu kefahaman tentang agama. Di sinilah wujud halangan yang sebenar dalam dakwah iaitu berlakunya penyampaian semata-mata tanpa ada unsur pentarbiahan dan mungkin hanya bergantung kepada teknologi semata-mata. Persoalannya, bagaimana untuk melahirkan para tekno-murabbi dalam konteks pembangunan jiwa ummah? Sebagai pengguna teknologi, kadangkala kita tiada asas untuk menilai kesahihan sesuatu maklumat ekoran daripada keterbukaan dunia kini. Oleh itu, dunia teknologi sekarang mendesak kepada perlunya satu badan yang memantau maklumat di internet dari semasa ke semasa supaya tidak ada maklumat yang mengelirukan ataupun memesongkan akidah yang boleh mempengaruhi pemikiran dan kepercayaan umat Islam. Di samping itu, tuntutan kepada pendidikan dan panduan asas perlu diberikan kepada pengguna disertakan dengan peranan pengawasan daripada ibu bapa dan ‘cyberangels' terhadap perisian yang ada pada masa kini. Ia merupakan satu solusi untuk membentengkan masyarakat muda dalam kepincangan pencarian maklumat kini.

Islam sangat memerlukan pakar teknologi maklumat dan komunikasi (ICT). Ini kerana, apabila kita memulakan satu usaha yang baik dalam bidang ICT ini, maka ganjaran dari Allah itu besar termasuklah penciptaan perkakasan yang membantu usaha dakwah. Teknologi sentiasa berkembang dan harus difikirkan bagaimana untuk mengembangkan kesedaran masyarakat dalam mensinergikan pembangunan ICT dengan pembangunan insan. Realiti hari ini dapat dilihat terpisahnya golongan agama dan professional seolah-olah satu bentuk sekularism. Ia terhasil daripada pendidikan yang memisahkan agama dan ilmu. Kemajuan dalam ICT dianggap gagal sekiranya tidak menghubungkan manusia dengan Allah. Oleh itu, manfaat daripada perkembangan teknologi perlu digunakan dalam usaha teknodaei mendekati masyarakat teknosentrik pada masa kini yang mengharapkan natijah akhirnya adalah pembangunan jiwa ummah. Yang penting, penggunaan teknologi perlu secara seimbang dan bijaksana.

Journal 2014 - # 721

Salam perpaduan salam perjuangan!

Terapi Penyakit Hati


Sembahyang fardhu atau sunat
adalah ubat penyakit hati
yang berbagai-bagai jenisnya
Membaca Al Quran adalah pil
pengubat penyakit jiwa manusia
Penyakit manusia yang penuh dengan mazmumah
yang merupakan barah rohaniah
dan lain-lain penyakit rohani
yang membahayakan manusia
Penyakit ini akan menular ke anggota lahir manusia
yang merosakkan manusia lain pula

Zikir yang menjadi wirid
sejenis ubat rohani manusia juga
Kalau kena cara dan peraturannya
boleh menyembuhkan penyakit rohani manusia juga
Belajar ilmu yang tujuannya sama sahaja
Hendak membaiki penyakit batin manusia
yang berbagai jenisnya
Ada penyakit bakhil, tamak, pemarah, dengki,
dendam, riyak, ego, megah, ingin nama
sum’ah, cinta dunia dan lain-lainnya
Berfikir juga boleh mengubat penyakit rohani manusia
kalau kena caranya
Ini adalah jenis ubat yang bersifat maknawi dan rohani
Apa yang telah kita sebutkan tadi semuanya ubat
ia adalah ubat hati dan jiwa
Ubat nafsu yang sangat jahat yang liar dan rakus
gelojoh, sombong bodoh,
merangsang dan mendorong

Tegasnya berbagai-bagai bentuk ibadah
yang ada di dalam Islam
semuanya itu adalah ubat jiwa
Supaya manusia sembuh daripada
sebarang penyakit rohani yang merbahaya
Agar masyarakat berkasih sayang, bertimbang rasa
rasa bersama, bekerjasama, bahagia dan harmoni
Tapi ramai orang yang beribadah berbagai jenisnya
tidak pula menyembuh penyakit jiwa
atau hati mereka

Adakalanya makin banyak beribadah
semakin subur penyakit batin manusia
Semakin banyak beribadah, semakin cinta dunia
Semakin banyak beribadah, dengki dan pemarah
masih subur di dalam hati manusia
Semakin banyak beribadah, kasih sayang tidak ada
Bela-membela tidak pernah ada
di dalam kehidupan manusia
Rupanya ibadah manusia itu
tidak boleh mengubat penyakit rohani manusia
Padahal Tuhan suruh beribadah tujuan berubat
menghilang mazmumah yang merbahaya
Kalau penyakit tidak sembuh
sudah tentulah ibadah itu banyak yang tidak kena
Ibadah yang tidak faham, tidak dihayati sampai ke jiwa
Ibadah itu adalah ibadah rangka sahaja
Ibadah bangkai bernyawa yang tidak memberi faedah
apa-apa kepada manusia

Ibadah yang tidak boleh mengubat penyakit rohani manusia
Tuhan tolak sahaja tidak dapat pahala apa-apa
Ibadah orang yang lalai,
untuk dimasukkan ke Neraka sahaja
Kerana beribadah tidak sampai matlamatnya.

Journal 2014 - # 720

Salam perpaduan salam perjuangan!

Aku dan Dunia Blogger!

Aku dan Blog

Hi uols!! Lama benar aku tak bermonolog sendiri di weblog ni, terasa rindu pulak.. mana tak nya asyik sibuk dengan artikel berilmu untuk uols. Well since kebelakangan ni sedikit serabut dalam kehidupan, berperang dengan perasaan dan di duga dan di uji oleh Allah swt. Syukur aku mula mendapat ketenangan dan ubat daripada segalanya itu, alhamdulillah. Walau apapun terjadi kehidupan mesti diteruskan. Kalau dulu aku memerlukan sesorang untuk meluahkan segala isi hati, perasaan duka ini pada sesorang yang boleh aku percaya tapi kini tidak lagi, kerana aku lebih suka menyendiri dan duduk di atas tikar sejadah menghadap ilahi. Sebenarnya itulah yang aku cari selama ini, walau sakit macamana pun walau maha hebat manapun ujian itu Allah swt jugalah pengubat yang paling mujarab, Allahu Akhbar!

Aku mula mencari langkah seterusnya, jika ini takdir yang tertulis maka aku reda dan pasrah untuk menerima ketentuan ilahi, biar Dia sahaja yang mengaturkan segalanya kerana aku tahu itu adalah yang terbaik untuk aku dan perancangan Allah itu adalah yang terbaik buat ku.

Sedar tak sedar dah 9 tahun aku dengan dunia blogger ni, awal tahun 2005 aku dah mula menulis
dalam blogger masa tu on dan off saja blogger ni, entah penulisan apa pun aku tak tahu.. akhirnya tahun 2009 aku kembali bergiat aktif, pada masa itu blogger adalah diari umum aku untuk aku kongsi cerita yang aku rasa perlu sahaja, Macam-macam fasa blog aku ni lalui daripada rebanding name sampailah ke konsep blog. Now! here you go this is my blog 'Catatan Journal Aurora'.

Namun entri sebelum 2009 tu dah banyak aku delete sebab tak best langung bila baca balik, macam cerita budak-budak hihi.. ^_^

Ramai juga bertanya kenapa 'Catatan Journal Aurora'?? aku punya sebab kenapa tajuknya begitu, macam aku bagitahu blog ni adalah diari umum aku, apa yang aku rasa apa yang aku lalui pasti aku akan kongsikan bersama, sebab aku bukan fokus pada satu benda saja tapi semua topik dan cerita aku akan share dalam dunia blog aku ni, senang cerita warna warni kehidupan aku yang aku lalui sepanjang hari sebab tu aku letak nama Aurora.

Mungkin bukan semua orang suka dengan kehadiran blog ini, bukan tujuan aku untuk memuaskan hati mereka tentang dunia blog aku ni. Kerna aku tahu aku bukan siapa-siapa pada mereka, aku adalah diri aku, aku adalah jiwa aku, aku adalah pemilik blog ini.

Seratus air mataku kerap tertebus oleh tawamu
hampaku terganti oleh sejuknya waktu darimu
terlalu lama hati tersesat akan rasa yang tak ku mengerti
ketika tersadar... cintaku tumbuh perlahan menjulang tinggi
ketika tersadar... egoku tertimbun lukaimu

Semakin lama... senyunmu seolah tertuju hanya padaku
tanpa prasangka aku tak mampu membaca hati
rahsiamu tersingkap tanpa setitik sinar
lupakan luka hinggap tak terela dan harus terlepas
mengapa menitipkan dusta demi keringnya air mataku?
tidakkah hujanku semakin deras tanpa jujurmu...

Lupakan aku disetiap waktu
aku bukan siapa-siapa untukmu
karena asing terpinta setia singgah diantara kita
namun jiwaku masih berbisik "tak kan ada yang sepertimu"

Abaikan aku bersama wangi purnama
aku bukan siapa-siapa untukmu
meski dalam penyerahan kemarin hanya hati yang berbicara
"betapa aku mencintaimu....."

Leraikan aku bersama bahagiamu
aku bukan siapa-siapa untukmu
meski tak pernah terucap dihadapanmu
"dari yang pernah ada... bahagia terindah adalah kamu"

Journal 2014 - # 719

Salam perpaduan salam perjuangan

Rahsia Disebalik Surah Al-Ikhlas

PENGENALAN
Surah Al-Ikhlas merupakan antara surah yang penting didalam Al-Quran. Surah Makiyyah ini berkisar tentang tauhid dan aqidatussalimah yang menjadi pancang utama sahabat terawal iaitu golongan assabiqunal awwalin. Secara umum, ayat makiyyah memfokuskan kepada elemen taabudiyyah dan kepercayaan,disulami unsur tarhib wa taghrib dimana belum lagi diperkenalkan hukum dan kewajipan peribadatan. Didalam beberapa riwayat disebut bahawa asbabunnuzul ayat ini adalah disebabkan oleh pertanyaan kaum musyrik kepada Rasulullah saw ” Shiff lana rabbaka” (Jelaskan pada kami Tuhanmu,dari emas kah atau tembaga atau loyang?). Menurut hadis yang diriwayatkan oleh AtTarmiziy , ada orang musyrik yang meminta Nabi menguraikan tentang nasab Allah,maka turunlah surah ini secara tegas tentang Allah SWT.

SURAH AL-IKHLAS, SURAH TAUHID
Ayat 1 Surah al-Ikhlas ;
” Katakanlah Dia adalah Allah, Maha Esa’ (1)
Ayat 1 merupakan menunjukkan pokok pangkal akidah, puncak dari kepercayaan, dan PengEsaan yang mutlak kepada Allah. Pengakuan atas ke-SatuanNya, keEsaanNya dan ketunggalanNya itulah dinamakan dengan TAUHID. Tauhid seperti yang dihuraikan oleh ulama’ khalaf terbahagi tiga iaitu :

• Tauhid uluhiyyah – meyakini bahawa Allah adalah tuhan yang selayaknya disembah
dan menyatakan keterikatan pada Ilah melalui taabudiyyah kepada Allah.
• Tauhid rububiyyah – meyakini bahawa Allah tuhan yang menjadikan, mengawal, mengatur,dan mentadbir alam ini.
• Tauhid asma’ wa sifat – meyakini bahawa nama-nama dan sifat-sifat Allah adalah mulia dan Allah ada 99 nama yang mulia, dan 20 sifat yang mulia.

Asas aqidah inilah yang diamalikan oleh sahabat terawal rasulullah seperti Bilal Bin Rabah AlHabsyi, Sumayyah dan turut dirakam dalam Al-Quran melalui kisah Ashabul Ukhdud,ashabul yasin, Kisah masyitah. Keyakinan yang jitu meneguhkan hati dan jasad mereka untuk mengatakan ” Allahuahad” walaupun dibentangi dengan seksaan dan tekanan yang mungkin tidak dapat ditahan oleh golongan mulhid atau kafiruun.

Ayat 2 surah al-ikhlas bermaksud :
”Allah itu tempat pergantungan” (2)
Ayat 2 memberi makna segala sesuatu itu Dia yang mencipta,sebab itulah maka segala sesuatu itu kepadaNya lah bergantung. Abu Hurairah mengatakan ,maksud ”as-shamadu” ialah segala sesuatu memerlukan dan berkehendak kepada Allah,berlindung kepadaNya,sedangkan Dia tidak berlindung pada sesiapa pun.

Abussuud dalam tafsirnya berkata ” Diulangi nama Allah sehingga dua kali (ayat 1 dan 2), dengan kejelasan bahawa Dia adalah Esa dan Tunggal,Dia adalah penggantungan semua makhluk,supaya jelaslah bahawa sesuatu yang tidak mempunyai dua sifat utama itu bukanlah Tuhan. Ayat pertama menegaskan tentang keEsaanNya,untuk menjelaskan bebasnya Allah dari berbilang dan bersusun.Di ayat kedua penegasan tentang Dialah tempat bergantung,jelaslah bahawa padaNya terkumpul segala sifat kesempurnaan. Didalam kitab Perisai Bagi sekalian Mukallaf ,Sheikh Abdul Qadir Al-Mandili menyebut berkenaan keEsaan Allah : ”Berkata kami kepada mengEsakan Allah taala pada ketika mengi’tiqadkan dengan petunjuk Allah Taala,bahawasanya Allah taala tunggal tiada yang bersekutu baginya” , Intaha.

KONSEP ILAH DAN RABB
Dalam memahami tauhid, perkataan ilah dan rabb yang mempunyai definisi yang berbeza mempunyai signifikannya yang rapat dengan tauhid dan aqidah. Ayat 1 dan ke 2 jelas menunjukkan keperluan kebergantungan manusia pada satu kuasa yang Maha Hebat iaitu Allah. Ianya boleh dikaitkan juga dengan sifat kebersamaan yang digalakkan oleh Allah melalui pembacaan Bismillah, sebagai tanda kebersamaan pada hurufnya ”ba”. Secara tidak ianya menepati konsep Ilah seperti yang disebut oleh Abu Urwah dalam kitabnya ”Konsep-konsep Umum islam” iaitu tuntutan Ilah ada lima iaitu :
• Ilah sebagai tumpuan atau matlamat pengabdian
• Ilah sebagai tumpuan kecintaan
• Ilah sebagai sumber perundangan
• Ilah sebagai pemberi rezeki
• Ilah sebagai tempat perlidungan

MOTIVASI INTRINSIK DAN EKSTRINSIK
Dalam ilmu physologi dan motivasi, manusia mampu untuk mempunyai dua motivasi iaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Menurut psikologis, motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang diperolehi melalui unsur-unsur luaran sebagai pengiktirafan,dan ganjaran.Ianya mampu membawa kejayaan tetapi bersifat sementara,dan akan mudah kecewa tanpa ada ganjaran.
Sementara, motivasi intrinsik membawa maksud apabila seseorang digerakkan oleh motivasi dan perkara dalaman seperti matlamat (goal), keghairahan (passion) dan misi. Ia akan memastikan mereka tidak mudah terhenti dan akan mengekalkan usaha yang telah dilakukan. Begitu juga konsepnya dengan aqidah tauhid. Sirah menunjukkan sahabat awal rasulullah saw mempunyai motivasi intrinsik yang tinggi, kejituan dan keteguhan mereka tidak terungkai dengan tekanan dan ancaman duniawi. Bilal alHabsyi sanggup membiarkan dadanya ditindih batu sedang lisannya tegar menyebut ’Ahad’,inilah motivasi dalaman yang datangnya dari aqidatusalimah dan tauhid yang thabat. Kerana matlamatnya dan misinya kerana Allah lah yang memberikan ’internal force’ kepada jasad Bilal Bin Rabah untuk menempelak segala misi dan taktik kotor Umayah bin khalaf yang ingin mengembalikannya kepada jahiliyyah. Inilah internal strength yang hakiki bagi sekelian orang mukmin.

Ayat 3 Surah Al-ikhlas berbunyi :
” Dia tidak beranak dan tidak diperanakkan”
Mustahil bagi Allah Dia beranak dan diperanakkan, kerana sesuatu makhluq bernyawa yang beranak menginginkan penyambungan keturunan yang berterusan.Jika seseorang itu tiada anak,maka keturunannya akan terputus.Allah SWT langsung tidak berkehendak pada keturunan kerana Dialah yang membuat keturunan makhluk.

Ayat 4 Surah Al-Ikhlas bermaksud :
” Dan Tiada setara denganNya, seorang pun ”
Sememangnya Allah itu tiada yang boleh melebihiNya, kerana Zat dan KekuasaanNya melangkaui batasan fikiran manusia.Tuhan itu mutlaq kuasanya,tidak terbahagi,tiada gandingan dan bandingan. Keyakinan tentang sifat kekuasaaan dan nama yang mulia diterjemahkan melalui tauhid asma’ wa sifat. Penegasan ini juga disebut dalam Surah Assyura ayat 11 : Tiada ada seperti zat Allah segala zat,dan tiada ada seperti sifatNya segala sifat. Ianya disyarahkan dalam kitab ” Perisai bagi sekelian mukallaf” karangan Syeikh Abdul Qadir AlMandili. Sememangnya hanya Allah yang sebenarnya Hidup kerana makhluk tidak memberi bekas.Secara syariatnya manusia ada,tetapi secara hakikatnya manusia itu tiada.

MARTABAT SURAH AL-IKHLAS
Imam Ghazali menyebut dalam kitabnya ”Jawahirul Quran” : Kepentingan Al-Quran itu adalah pada 3 dasar utama iaitu makrifat kepada ALLAH SWT, makrifat pada hari akhirat dan makrifat pada siratulMustaqim.Maka Al-Ikhlas mengandungi satu dari makrifat tersebut iaitu makrifatullah, dengan membersihkanNya,mensucikan fikiran terhadapNya dengan mentauhidkanNya.

Didalam kitab ”Faridatul Faraid” karangan Syeikh Ahmad Al-Fathani (anak murid Syeikh daud al-Fathani” menyebut tentang fadhilat Surah Al-ikhlas bagi orang yang hampir meninggal dunia. Beliau menukilkan ” Dan setengah dari azab qubur itu bahawa mengapit oleh dua lubang qubur hingga berselisih segala tulang rusuknya dan tiada lepas daripadanya melainkan orang yang diistisna’kan seperti orang yang membaca surah al-Ikhlas dalam sakit matinya”..

AQIDAH DAN PENGORBANAN
32255402259900m.jpg
Menyoroti kisah Nabi SAW dan para sahabat r.a dapat difahami betapa peneguhan i’tiqad itu memerlukan pengorbanan (tadhiyah) yang tinggi.Lihat sahaja kisah Bilal Bin Rabah Al-Habsyi yang diseksa semata-mata tegar menyebut kalimah ’Ahad”, disana kita melihat ianya satu pengorbanan kecil pada mata Bilal untuk mendapat kenikmatan sejati di dalam Islam.Begitu juga kisah Ashabul Ukhdud,Ashabul Kahfi dan sebagainya. Jelas,bahawa mempertahankan aqidah memerlukan pengorbanan yang hebat, dan mantaliti yang tajarrud dan pegangan yang thabat. Menurut Assyahid Hasan Al-Bana ketika mendefinisikan maksud pengorbanan, beliau menyatakan pengorbanan itu ialah berkorban jiwa,harta,masa, kehidupan dan segalanya untuk mencapai matlamat.Tiada jihad didunia ini tanpa pengorbanan dan tidak akan lenyap pengorbanan demi memperjuangkan fikrah islamiyyah.

Maka kerana memahami matlamat akhir kehidupan, kita perlu sanggup untuk berkorban mempertahankan aqidah. Dewasa kini pelbagai gerakan yang timbul untuk menafikan hak istimewa Islam dan memperlekehkan Islam yang harus diperangi secara kolektif dan bersama.

AQIDAH SEBAGAI PANCANG HIDUP
Didalam kitab ’Faridatul Faraid’ dinyatakan bahawa tanda agama itu ada empat :
a) Sah i’tiqadnya
b) Benar qasadnya
c) Mengerjakan segala yang disuruh
d) Meninggalkan segala yang dilarang
Maka, tanda beragama yang utama adalah aqidah sahihah. Dan surah ini menukilkan bicara bab aqidah dengan jelas disamping dikuatkan dengan surah al-kafiruun yang menjadi bara’ antara Islam dan kufur.

Ibnu Qayyim Jauziyyah menyebut ”Menegakkan aqidah ialah dengan ilmu. Persediaan ilmu hendaklah ada sebelum beramal. Sebab ilmu itu imam, penunjuk jalan,dan hakim yang memberi keputusan dimana tempatnya dan telah sampai dimana”. Surah Al-Ikhlas mengikut Ibnu Qayyim adalah punca ilmu tentang aqidah. Inilah menyebabkan Rasulullah saw mengatakan Surah Al-ikhlas sebagai sepertiga dari al-Quran.

KESIMPULAN
Secara umumnya kita maklum bahawa Surah ini diantara surah yang penting dalam Al-Quran yang membicarakan perihal aqidah. Bahkan Rasulullah saw pernah mengatakan bahawa tujuh petala langit dan bumi diasaskan diatas Qul Huwallahu ahad seperti diriwayatkan oleh Ubay bin Anas.Betapa besarnya nilai surah ini. Malahan dalam satu lagi hadis riwayat at-tirmizi dari Abu Hurairah menyatakan seseorang yang membaca Al-Ikhlas wajib baginya masuk syurga. Namun, apa yang penting adalah intipati yang perlu difahami dalam bicara aqidah. Sebagai umat Islam, kini yang dicabar kedaulatan Islam, maka kita seharusnya bangkit dari kelekaan untuk terus mengukuhkan dan menjaga pancang jiwa kita dalam Islam iaitu AQIDAH ISLAMIYYAH.

Rujukan
Tafsir Al-Azhar Juz 30 ( Prof Hamka Amrullah)
Aqaid Islamiyyah (Syed Sabiq)
Perisai bagi sekelian mukallaf ( Sheikh Abdul Qadir Al-Mandili)
Konsep-konsep umum Islam (Abu Urwah)
Penjelasan Risalah Taalim ( Muhammad Abdullah Khatib)